Filsafat Ilmu
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Hallo, sahabat Surya Punya Cerita. Disini saya akan membahas atau mengupas sedikit banyaknya yang saya pahami, mengenai ilmu filsafat. Di rangkum melalui reference-reference media dan tentunya penjelasan dari dosen pembimbing kami yaitu bapak Dr. H. M. Rizal Akbar, M.Phil. untuk itu mari sama-sama luangkan sedikit waktu anda untuk membaca blog saya kali ini dengan penuh keikhlasan dan keinginan yang lebih, Lets go.
Secara etimologi,
Filsafat berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘phylosophy’. Kata ‘phylosophy’
tersebut berasal dari bahasa Yunani yaitu philos dan sophos. Philos berarti
cinta dan Sophos berarti kebijakan atau kearifan. Secara terminologi, Filsafat
merupakan ilmu pengetahuan tertua dan mendasar dari semua disiplin ilmu
pengetahuan. Maksudnya adalah filsafat menuntut kita tidak hanya mengandalkan
pengetahuan-pengetahuan berdasarkan teori nyata, akan tetapi juga mengacu pada
pola pikir pada tiap-tiap insan akademik dengan menggunakan metode penyelidikan
yang akurat dan tepat, baik dari material maupun non material sampai kepada
hakekat. Filsafat juga bisa disebut sebagai suatu perubahan yang mengakar,
artinya ialah bagaimana cara seseorang itu berfikir secara mendalam, luas,
universal terhadap suatu objek.
Berbicara soal ilmu
filsafat, sebenarnya banyak memiliki bahasa atau istilah lainnya. Pada materi
filsafat itu sendiri, mempunyai pembahasan-pembahasan yang penting untuk
difahami. Adapun pembahasannya antara lain yaitu
1.
Ontologi
Merupakan salah
satu kajian filsafat tertua atau yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Pembahasan ini membahas tentang keberadaan sesuatu yang bersifat konkret dan
mempersoalkan hakekat kebenaran dari segala sesuatu serta situasi yang ada. Tak
heran apabila pembahasan ini berada pada tingkat paling utama dan teratas,
karena dari pembahasan itu sendiri sudah menjurus kepada sesuatu yang dianggap
benar dan konkret. Artinya sebuah kenyataan atau realitas dalam penyelidikan
suatu situasi dengan tujuan realita yang benar dalam bentuk jasmani atau
konkret maupun rohani atau abstrak. Pembahasan ontologi ini, dapat diibaratkan
dan ditujukan untuk menjawab pertanyaan “apa”, sehingga sangatlah mendasar dan
awal sebelum membahas hal yang lainnya. Contoh Ontologi dalam pendidikan yaitu
visi misi lembaga pendidikan atau sekolah. Hal tersebut biasanya wajib dimiliki
oleh kepala lembaga untuk mencapai suatu tujuan atau hasil dalam suatu lembaga
terkait dengan apa yang harus dilakukan atau dikaji melalui
pemikiran-pemikiran yang sangat luas oleh kepala lembaga tersebut untuk
melahirkan dan menciptakan keberhasilan.
2.
Epistimologi
Merupakan
pembahasan atau cabang kedua setelah Ontologi tentang dasar-dasar pengetahuan
serta batasan-batasan, juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri
sebagai pencetus kepada ilmu-ilmu lain. Artinya pada pembahasan atau cabang
ini, adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban atas pertanyaan dari “apa’ tadi
dan sebagai sarana mengetahui kebenaran juga pengakuan yang benar. Hal ini
diambil berdasarkan fakta kejadian yang tampak dan dideskripsikan dengan
pengetahuan-pengetahuan yang ada. Selain itu, Epistimologi juga membicarakan
tentang bagaimana cara kita memperoleh jawaban dari “apa” tadi. Contohnya pada
Epistemologi dalam dunia pendidikan, yaitu dengan melakukan aksi dan usaha
untuk menetapkan sebuah kebenaran yang berasal dari sebuah objek berdasarkan
pemikiran tadi.
3.
Aksiologi
Merupakan pembahasan atau cabang
ketiga setelah kita mengetahui hakikat dan cara memperoleh suatu objek yang
hendak dikaji. Aksiologi membahas tentang bagaimana penggunaan, manfaat, nilai
yang didapatkan setelah melewati dua fase yang dibahas. Hal ini juga dapat
melibatkan perasaan dan pola pikir manusia dan hal ini juga menentukan jalan
akhir dari sebuah keberhasilan. Pada pembahasan Aksiologi ini, melibatkan
beberapa nilai seperti nilai keindahan, kesetiaan, kecurangan, keadilan dan
lain sebagainya. Sama seperti istilah pribahasa yaitu apa yang kita tanam, maka
itu yang akan kita tuai. Nah, setelah kita menanam dari perbuatan atau
tindakan, dilandasi dengan tanggung jawab, maka hendaknya kita harus menuai hal
tersebut dengan semestinya dan tidak menyimpang atau merugikan atas tindakan,
penyelidikan yang kita lakukan setelah kita berhasil dalam memecahkan suatu
masalah, terutama untuk orang lain. Di sinilah akhir dari sebuah jawaban,
tergantung pada bagaimana kita mengaplikasikannya. Contohnya, seorang mahasiswa yang
meniti hidupnya dengan belajar sampai ia
dapat ilmu yang mumpuni dan paten, maka ia harus melewati berbagai proses atau
rintangan yang cukup lama. Setelah itu, ia mendapatkan ilmu yang semestinya ia
dapatkan sesuai bidang yang duduki secara internal maupun eksternal. Maka ia
harus tau, ilmu yang dia dapatkan itu hendak digunakan atau dimanfaatkan buat
apa. Apabila ilmu yang didapat digunakan dengan hal yang sia-sia, artinya
mengacu pada kegiatan yang negatif, maka ia belum mencapai pada tingkat atau
peran utama aksiologi terhadap kehidupannya dan sebaliknya apabila ia gunakan
ilmu nya dan mengamalkannya dengan cara memberi pengajaran atau mungkin
bersosialisasi sesama manusia dengan mentransfer ilmu yang ia punya kepada
khalayak, maka ia juga mendapatkan value dalam dirinya yang mengacu pada
tingkat aksiologi yang baik.
"Kehidupan yang tidak teruji adalah kehidupan yang tidak bernilai" - Scroates
Komentar
Posting Komentar